IPTEK DAN KEMISKINAN
IPTEK & KEMISKINAN
Berbicara tentang ilmu
pengetahuan, teknologi dan kemiskinan tidak mustahil kita akan melihat
ke masa lampau atau masa depan yang penuh dengan ketidakpastian. Yang
mungkin permasalahannya adalah kontinuitas dan perubahan, harmoni dan
disharmoni.
Bahasa “ilmu
pengetahuan” sudah lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Terdiri
dari dua kata yaitu “ilmu” dan “pengetahuan”. Namun, berbicara tentang
pengetahuan saja akan menghadapi berbagai masalah, seperti kemampuan
kita dalam memahami fakta pengalaman dan dunia realitas, hakihat
pengetahuan, kebenaran, kebaikan, membentuk pengetahuan, sumber
pengetahuan dan sebagainya.
Teknologi
dalam penerapannya sebagai jalur utama yang dapat menyonsong masa
depan, sudah diberi kepercayaan yang mendalam. Dia dapat mempermudah
kegiatan manusia, meskipun mempunyai dampak sosial yang muncul sering
lebih penting artinya daripada kehebatan teknologi itu.
Kemiskinan
sendiri merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa, sebagai
perjuangan yang akan memperoleh kemerdekaan bangsa dan motivasi
fundamental dari cita-cita masyarakat adil dan makmur. Berbicara
tentang kemiskinan akan menghadapkan kita pada persoalan lain, seperti
persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok, posisi manusia dalam
lingkungan sosial dan persoalan yang lebih jauh, bagaimana ilmu
pengetahuan (ekonomi) dan teknologi memanfaatkan sumber daya alam untuk
mengurangi kemiskinan di tengah masyarakat.
PERMASALAHAN
Dari
uraian di atas, adalah tugas penulis untuk menjelaskan masing-masing
pengertian judul dan keterkaitannya. Mengenai batasan dan rumusan
masalah pada makalah ini, kami mengutamakan pada 2 point, yaitu :
- Apakah ilmu pengetahuan, teknologi dan kemiskinan itu ?
- Bagaimana kaitan antara perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan kemiskinan ?
ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN
A. Ilmu Pengetahuan
Di kalangan ilmuwan ada keseragaman pendapat, bahwa “ilmu”
itu selalu tersusun dari pengetahuan secara teratur, yang diperoleh
dalam pangkal tumpuan (objek) tertentu dengan sistematis, metodis,
rasional/ logis, empiris, umum dan akumulatif. Sedangkan dalam
memberikan pengertian pada “pengetahuan”, Bacon dan David Home, menyatakan pengetahuan sebagai pengalaman indera dan bathin, Immanuel Kant menyatakan bahwa pengetahuan merupakan persatuan antara budi dan pengalaman, sedangkan teori Phyrro menjelaskan bahwa tidak ada kepastian dalam pengetahuan.
Dari
pandangan diatas, kita memperoleh sumber-sumber pengetahuan yaitu :
ide, kenyataan, kegiatan akal budi, pengalaman atau meragukan karena
tidak adanya sarana untuk mencapai pengetahuan yang pasti. Sedangkan
secara umum, dapat diartikan bahwa pengetahuan adalah kesan dalam
pemikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya yang berbeda
sekali dengan kepercayaan, dan penerangan-penerangan yang keliru.
Dari pengertian ilmu dan pengetahuan di atas, dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah
pengetahuan yang tersusun dengan sistematis dengan menggunakan
kekuatan pemikiran, yang selalu dapat diperiksa dan dikontrol dengan
kritis oleh setiap orang yang ingin mengetahuinya.
Unsur pokok dalam suatu ilmu pengetahuan adalah :
- Pengetahuan, sebagaimana pengertian di atas.
- Tersusun secara sistematis. Tidak semua pengetahuan merupakan ilmu, hanyalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis saja yang merupakan ilmu pengetahuan. Sistematik berarti urutan-urutan strukturnya tersusun sebagai suatu kebulatan. Sehingga akan jelas tergambar apa yang merupakan garis besar dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Sistem tersebut adalah sistem konstruksi yang abstrak dan teratur. Artinya, setiap bagian dari suatu keseluruhan dapat dihubungkan satu dengan lainnya. Abstrak berarti bahwa konstruksi tersebut hanya ada dalam pikiran, sehingga tidak dapat diraba ataupun dipegang. Ilmu pengetahuan harus bersifat terbuka artinya dapat ditelaah kebenarannya oleh orang lain.
- Menggunakan pemikiran yaitu menggunakan akal sehat. Pengetahuan didapatkan melalui kenyataan dengan melihat dan mendengar serta melalui alat-alat komunikasi.
- Dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain atau masyarakat umum.
Ilmu pengetahuan harus dapat
dikemukakan, harus diketahui oleh umum sehingga dapat diperiksa dan
dikontrol umum yang mungkin berbeda pemahamannya.
Dari sudut penerapannya, ilmu pengetahuan dibedakan antara ilmu pengetahuan murni dan ilmu pengetahuan terapan.
Ilmu pengetahuan murni bertujuan membentuk dan mengembangkan ilmu
pengetahuan secara abstrak untuk mempertinggi mutunya. Ilmu pengetahuan
terapan bertujuan menggunakan dan menerapkan ilmu pengetahuan tersebut
ke dalam masyarakat untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi.
Dalam
kehidupan di dunia ini, manusia tidak akan pernah lepas dari
keterkaitan dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan. Sebagai fithrah yang
membedakan manusia dengan makhluk yang lain adalah adanya akal pikiran
manusia yang menjadi dasar munculnya ilmu pengetahuan. Dalam hidup ini,
manusia selalu menggunakan ilmu pengetahuan untuk mempermudah
kegiatan mereka. Ilmu pengetahuan selain tersusun secara sistematis
dengan menggunakan kekuatan pemikiran juga harus mengandung nilai etis
dan moral. Yaitu bermakna, berarti atau berguna bagi kehidupan manusia.
Pemanfaatan ilmu pengetahuan hendaknya didasari pada hal-hal yang
asasi, untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Ilmu pengetahuan yang
tidak dilandasi dengan etika dan moral hanya akan membawa penderitaan
bagi orang lain. Karenanya, alangkah sangat bijaksana apabila manusia
dapat memanfaatkan ilmunya untuk mempelajari berbagai gejala atau
peristiwa yang mempunyai manfaat bagi manusia.
Dunia
modern saat ini tidak bersikap netral terhadap penyelidikan ilmiah,
sebab manusia hidup dalam satu dunia, hasil ilmu pengetahuan harus
membawakan manfaat bagi kehidupan manusia bukan penderitaan. Manusia
dalam pekerjaan ilmiah tidak hanya bekerja dengan akal budi saja,
melainkan dengan seluruh eksistensinya dengan seluruh keberadaannya,
dengan hatinya dan dengan panca inderanya. Sehingga manusia dalam
mengambil keputusannya, membuat pilihannya terlebih dahulu mendapatkan
pertimbangan dengan ajaran agama, nilai etika dan norma kesusilaan.
Konteks
ilmu dengan ajaran agama dalam rangka meningkatkan ilmuwan itu sendiri
sejajar dengan orang yang beriman pada derajat yang tinggi, sebagai
pemegang amanat khalifah di muka bumi.
B. TEKNOLOGI
Menurut Walter Buckingham yang dimaksud dengan teknologi
adalah ilmu pengetahuan yang diterapkan ke dalam seni industri, oleh
karenanya mencakup alat-alat yang memungkinkan terlaksananya efisiensi
kerja menurut keragaman kemampuan.
Atau
menurut pengertian lain, teknologi adalah pemanfaatan ilmu untuk
memecahkan suatu masalah dengan cara mengerahkan semua alat yang sesuai
dengan nilai-nilai kebudayaan dan skala nilai yang ada. Kalau ilmu
dasar bertujuan untuk mengetahui lebih banyak dan memahami lebih
mendalam tentang alam semesta dengan isinya, teknologi bertujuan untuk
memecahkan masalah-masalah praktis serta untuk mengatasi semua
kesulitan yang mungkin dihadapi manusia. Hubungan ilmu pengetahuan
dengan teknologi sering diungkapkan sebagai berikut :
Ilmu tanpa teknologi adalah steril dan teknologi tanpa ilmu adalah statis (Ilmu tanpa teknologi tidak berkembang dan teknologi tanpa ilmu tidak berakar.
Yang dimaksud dengan teknologi tepat guna adalah suatu teknologi yang telah memenuhi tiga syarat utama yaitu :
a. Persyaratan Teknis, yang termasuk di dalamnya adalah :
-
memperhatikan kelestarian tata lingkungan hidup, menggunakan sebanyak
mungkin bahan baku dan sumber energi setempat dan sesedikit mungkin
menggunakan bahan impor.
- jumlah produksi harus cukup dan mutu produksi harus diterima oleh pasar yang ada.
-
menjamin agar hasil dapat diangkut ke pasaran dan masih dapat
dikembangkan, sehingga dapat dihindari kerusakan atas mutu hasil.
- memperlihatkan tersedianya peralatan serta operasi dan perawatannya.
b. Persyaratan Sosial, meliputi :
- memanfaatkan keterampilan yang sudah ada
- menjamin timbulnya perluasan lapangan kerja yang dapat terus menerus berkembang
- menekan seminimum mungkin pergeseran tenaga kerja yang mengakibatkan bertambahnya pengangguran.
-
membatasi sejauh mungkin timbulnya ketegangan sosial dan budaya dengan
mengatur agar peningkatan produksi berlangsung dalam batas-batas
tertentu sehingga terwujud keseimbangan sosial dan budaya yang dinamis.
- Persyaratan Ekonomik, yaitu :
- membatasi sedikit mungkin kebutuhan modal
- mengarahkan pemakaian modal agar sesuai dengan rencana pengembangan lokal, regional dan nasional
- menjamin agar hasil dan keuntungan akan kembali kepada produsen
- dapat mengarahkan lebih banyak produsen ke arah cara penghitungan ekonomis yang sehat.
Teknologi,
selain menimbulkan dampak positif bagi kehidupan manusia, terutama
mempermudah pelaksanaan kegiatan dalam hidup, juga memiliki berbagai
dampak negatif jika tidak dimanfaatkan secara baik. Contoh masalah
akibat perkembangan teknologi adalah kesempatan kerja yang semakin
kurang sementara angkatan kerja makin bertambah, masalah penyediaan
bahan-bahan dasar sebagai sumber energi yang berlebihan dikhawatirkan
akan merugikan generasi yang akan datang.
C. KEMISKINAN
Kemiskinan
pada dasarnya merupakan salah satu bentuk problema yang muncul dalam
kehidupan masyarakat, khususnya pada negara-negara yang sedang
berkembang. Kemiskinan yang dimaksud adalah kemiskinan dalam bidang
ekonomi. Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti
pangan, pakaian dan tempat berteduh. Atau dengan pendapat lain, yaitu
adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan
orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam
masyarakat yang bersangkutan.
Kemiskinan
bukanlah suatu yang terwujud dengan sendiri terlepas dari aspek-aspek
lainnya, tetapi kemiskinan itu terwujud sebagai hasil interaksi antara
berbagai aspek yang ada dalam kehidupan manusia. Terutama aspek sosial
dan aspek ekonomi. Aspek sosial adalah adanya ketidaksamaan sosial di
antara sesama warga masyarakat yang bersangkutan, seperti perbedaan
suku bangsa, ras, kelamin, usia yang bersumber dari corak sistem
pelapisan yang ada dalam masyarakat. Sedangkan aspek ekonomi adalah
adanya ketidaksamaan di antara sesama warga masyarakat dalam hak dan
kewajiban yang berkenaan dengan pengalokasian sumber-sumber daya
ekonomi.
Sementara itu
klasifikasi atau penggolongan seseorang atau masyarakat dikatakan
miskin ditetapkan dengan menggunakan tolak ukur utama, yaitu :
v
Tingkat pendapatan. Misalkan saja di Indonesia, tingkat pendapatan
digunakan ukuran kerja waktu sebulan. Dengan adanya tolak ukur ini,
maka jumlah dan siapa yang tergolong dalam orang miskin dapat
diketahui. Atau dengan menggunakan batas minimal jumlah kalori yang
dikonsumsi, yang diambil persamaannya dalam kg beras.
v
Kebutuhan relatif per keluarga. Dibuat berdasarkan atas kebutuhan
minimal yang harus dipenuhi dalam sebuah keluarga agar dapat
melangsungkan kehidupannya secara sederhana tetapi memadai sebagai
warga masyarakat yang layak.
Jika
dikaitkan dengan kemakmuran, maka ada dua persepsi masyarakat yang
cukup berlawanan tentang hal ini. Persepsi pertama adalah yang berpikir
rasional dan eksak. Bahwa kemakmuran seseorang diukur dengan jumlah
serta nilai bahan-bahan dan barang-barang yang dimiliki atau dikuasai
untuk memelihara dan menikmati hidupnya. Semakin banyak jumlah dan
makin tinggi nilainya, maka akan makin tinggi taraf kemakmuran
hidupnya. Sedangkan persepsi kedua adalah pandangan masyarakat umum,
terutama pedesaan. Mereka beranggapan bahwa kemakmuran tidaklah berbeda
dengan kebahagiaan. Seseorang akan merasa makmur bila sudah ada
keserasian antara keinginan-keinginan dan keadaan materil atau sosial
yang dimiliki atau dikuasainya. Karenanya mereka selalu berusaha untuk
menyeimbangkan antara keinginan dan keadaan materinya. Jika keinginan
mereka berlebih, sementara keadaan materil mereka tidak mencukupi maka
mereka harus mengurangi keinginan yang ada. Begitu juga sebaliknya.
Kemiskinan menurut pendapat umum dapat dikategorikan ke dalam 3 kelompok, yaitu :
- Kemiskinan yang disebabkan aspek badaniah atau mental seseorang. Pada aspek badaniah, biasanya orang tersebut tidak bisa berbuat maksimal sebagaimana manusia lainnya yang sehat jasmani. Sedangkan aspek mental, biasanya mereka disifati oleh sifat malas bekerja dan berusaha secara wajar, sebagaimana manusia lainnya.
- Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam. Biasanya pihak pemerintah menempuh dua cara, yaitu memberi pertolongan sementara dengan bantuan secukupnya dan mentransmigrasikan ke tempat hidup yang lebih layak.
- Kemiskinan buatan atau kemiskinan struktural. Selain disebabkan oleh keadaan pasrah pada kemiskinan dan memandangnya sebagai nasib dan takdir Tuhan, juga karena struktur ekonomi, sosial dan politik.
Usaha memerangi kemiskinan dapat
dilakukan dengan cara memberikan pekerjaan yang memberikan pendapatan
yang layak kepada orang-orang miskin. Karena dengan cara ini bukan hanya
tingkat pendapatan yang dinaikkan, tetapi harga diri sebagai manusia
dan sebagai warga masyarakat dapat dinaikkan seperti warga lainnya.
Dengan lapangan kerja dapat memberikan kesempatan kepada mereka untuk
bekerja dan merangsang berbagai kegiatan-kegiatan di sektor ekonomi
lainnya.
D. ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN KAITANNYA Dengan KEMISKINAN
Ilmu
pengetahuan, teknologi dan kemiskinan memiliki kaitan struktur yang
jelas. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua hal yang tak
terpisahkan dalam peranannya untuk memenuhi kebutuhan insani. Ilmu
pengetahuan digunakan untuk mengetahui “apa” sedangkan teknologi
mengetahui “bagaimana”. Ilmu pengetahuan sebagai suatu badan
pengetahuan sedangkan teknologi sebagai seni yang berhubungan dengan
proses produksi, berkaitan dalam suatu sistem yang saling berinteraksi.
Teknologi merupakan penerapan ilmu pengetahuan, sementara teknologi
mengandung ilmu pengetahuan di dalamnya.
Bila
ditelaah, ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya, keduanya
menghasilkan suatu kehidupan di dunia (satu dunia), yang diantaranya
membawa malapetaka yang belum pernah dibayangkan. Padahal manusia dalam
pekerjaan ilmiahnya tidak hanya bekerja dengan akal budinya, melainkan
dengan seluruh eksistensinya. Oleh karena itu, ketika manusia sudah
mampu membedakan ilmu pengetahuan (kebenaran) dengan etika (kebaikan),
maka kita tidak dapat netral dan bersikap netral terhadap penyelidikan
ilmiah. Sehingga dalam penerapan atau mengambil keputusan terhadap
sikap ilmiah dan teknologi, terlebih dahulu mendapat pertimbangan moral
dan ajaran agama. Ilmuwan selaku ahli teknologi harus bersikap
mempunyai tanggung jawab sosial, yakni tanggung jawab terhadap
masyarakat menyangkut asas moral mengenai penelitian etis terhadap
obyek penelaahankeilmuan dan penggunaan pengetahuan ilmiah (teknologi)
dengan segala akibat sosialnya.
Dalam
hal kemiskinan struktural, ternyata adalah buatan manusia terhadap
manusia lainnya yang timbul dari akibat dan dari struktur politik,
ekonomi, teknologi dan sosial buatan manusia pula. Perubahan teknologi
yang cepat mengakibatkan kemiskinan, karena mengakibatkan terjadinya
perubahan sosial yang fundamental. Sebab kemiskinan diantaranya
disebabkan oleh struktur ekonomi, dalam hal ini pola relasi antara
manusia dengan sumber kemakmuran, hasil produksi dan mekanisme pasar.
Kesemuanya merupakan sub sistem atau sub struktur dari sistem
kemasyarakatan. Termasuk di dalamnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar